widgeo.net

Minggu, 25 Januari 2015

"Wisata Religi"

Wisata Religi

  • Mesjid Agung Al-Hikmah
Mesjid ini dibangun oleh etnis India yang pada tahun 1850-an banyak berada di Tanjungpinang. Mesjid ini dulu terkenal dengan nama Mesjid Keling, sebutan untuk etnis India di Tanjungpinang. Menurut cerita turun temurun, dahulu orang Keling yang ingin salat di mesjid itu harus menggunakan sampan karena melalui sungai yang kini menjadi Jalan Bintan.  Mesjid itu telah mengalami beberapa kali renovasi hingga bentuk aslinya tidak lagi kelihatan. Saat ini mesjid itu menjadi Mesjid Agung Al-Hikmah Tanjungpinang.
 

  • Gereja Bethel atau Gereja Ayam
Gereja ini merupakan gereja tua yang dibangun sekitar tahun 1883. Gereja ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan peribadatan orang Belanda yang menganut agama Kristen Protestan. Masyarakat Tanjungpinang lebih mengenal gereja itu dengan nama Gereja Ayam, karena di bagian puncak bangunannya terdapat patung ayam jago.



  • Gereja Katolik Hati Santa Maria Tak Bernoda / Gereja Palang
Sampai pada tahun 1929, di Tanjungpinang belum terdapat gereja Katolik. Misa diselenggarakan di gedung pengadilan. Kemudian Pastor Meijer mencari lokasi pembangunan gereja di Jalan Diponegoro tersebut. Pembangunannya dimulai pada bulan Juni 1932, dan setahun kemudian diberkati oleh Mgr. Bouma.
Pada awalnya jemaat gereja ini hanya berjumlah sekitar 107 orang, terdiri dari orang Eropa dan Cina. Namun gereja ini masih dilayani oleh pastor dari Singapura. Setelah jumlah jemaat mulai berkembang, di daerah Batu Kucing dibangun lagi gereja Katolik. Setelah itu Gereja Katolik Hati Santa Mari Tak Bernoda hanya digunakan untuk acara khusus seperti pemberkatan perkawinan. Gereja ini juga dikenal dengan nama Gereja Palang, karena adanya tanda salib di bangunannya.
 


  • Klenteng Tien Hou Kong
 

Kelenteng di Jalan Merdeka ini dibangun pada tahun 1857 oleh etnis Cina-Hokkien. Kelenteng ini juga dikenal dengan nama Vihara Bahtra Sasana. Bagian atap bangunan ini dihiasi oleh dua patung naga yang saling berhadapan, mengapit mutiara yang berada di dalam bara api. Dalam bangunan kelenteng terdapat beberapa patung dewa yang biasa dipuja etnis Tionghoa, yakni Dewa Ma Chou (penjaga laut), Dewa Tua Pek Kong (pelindung), Dewa Cia Lan Pho Sak (sukses belajar), Dewa Chai Sheng Ya (banyak rejeki), Dewa Thai Soi Kong (membuang sial), Dewa Kuan Ti Kong (keselamatan), Dewa Lau Chau (penyembuh).


  • Klenteng Tao Sa Kong
Kelenteng ini dibangun oleh Kapiten Cina, Chiao Chen pada tahun 1811. Saat ini kondisi kelenteng sudah dililit oleh akar pohon beringin. Bangunan terlihat saat ini adalah bangunan baru, sedangkan bangunan lama yang tersisa adalah sebagian tembok sisi Selatan dan sisi Timur. Bila dilihat dari sisa bangunan yang ada, dulunya bangunan ini terdiri dari dua lantai.


  • Komplek Kelenteng Vihara Dharma Sasana

Di dalam komplek kelenteng yang berada di Senggarang ini terdapat tiga kelenteng yang dibangun sekitar abad ke-18 oleh pendatang dari Cina, yakni :

  1. Kelenteng Fu De Zheng Shen. Di dalamnya terdapat Dewa Tua Phe Kong, Dewa Keselamatan di darat.
  2. Kelenteng Tian Hou Sheng. Di dalamnya terdapat tiga dewa, Dewa Lou Wei Sheng (keselamatan orang yang sudah mati), Dewa Ma Chou (keselamatan di laut), dan Tua Phe Kong (keselamatan di darat).
  3. Kelenteng Yuan Tien Shang Di. Di dalamnya terdapat Dewa Tua Phe Kong (keselamatan di darat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar